Nah, ini.

Bagaimana?sudah siap membaca sampah selanjutnya?:p

Sekarang-sekarang ini, kadang saya menjadi sangat labil. “Sangat” dalam arti yang sesungguhnya. Saya mendadak selalu menyempatkan diri menunjukkan tanda-tanda PMS: sensi tidak jelas-meminta maaf-memohon untuk dimengerti. Yaiks. saya merasa dangkal. Tapi wanita PMS itu ajaib sekali sih, jika boleh sedikit dielaborasi, ajaib dan bonafid.

Seorang kakak kelas menyadarkan saya tentang ini. Dulu sekali, sewaktu masih jauh lebih culun dari sekarang, saya punya kebiasaan menakutkan. Saya akan membenci dengan sepenuh hati teman laki-laki yang menunjukkan ketertarikan pada saya,atau yang saya pikir tertarik pada saya(?) baik terang-terangan ataupun lewat pesan-pesan tersembunyi. Ya ampun, saya sangat tidak rasional. Maka jika terpaksa harus berinteraksi dengan kelompok laki-laki seperti ini, saya akan menunjukkan gejala PMS: marah-marah. dan umm.. kasar.

X : mau kemana cha?

O: JANGAN TANYA-TANYA.

X: ???

X: mau pulang ya?

O: UDAH DIBILANG JANGAN TANYA-TANYA BISA DIEM GA SIH?HAH?TENDANG NI!

X: (pura-pura jadi patung)

Kakak kelas saya bilang, wanita PMS adalah makhluk paling semena-mena. Bertindak semau hati kemudian menyalahkan hormon. Mereka bisa seenaknya marah-marah lalu beralibi PMS biar dimengerti,membanting sesuatu kemudian bilang PMS, bahkan mungkin bisa nyetir truk untuk ngelindes laki-laki sok kecakepan terus bilang PMS, selesai urusan. Semua orang akan paham dan merasa wajar. “oh, kan lagi PMS”. Begitulah, manusia memang lihai sekali mencari kambing hitam.

Well, ini hanya prolog. *what???.

Jadi tadi sampai mana? Saya mau cerita apa ya?Oh, oke. Jadi saya sedang labil sekali. Begitu saya merilis blog ini, saya bertekad untuk tidak membalas komen-komen yang ada, semacam trik positioning untuk menciptakan kesan bahwa saya orang yang misterius *sumpah, gue ga ngerti jalan pikiran lo cha*.Demi apa, dianggap misterius itu sangat terdengar berkelas. Tapi akhir-akhir ini saya mulai kepikiran sesuatu. Positioning saya mungkin saja gagal, alih-alih merasa bahwa saya misterius mungkin sebagian orang menganggap saya tidak ramah.

Nah, ini.

Adalah sangat wajar seseorang menerima penilaian yang sangat beragam. Orang bisa mencintai kita, menyukai kita, tergila-gila pada kita, biasa-biasa saja, tidak suka, tidak suka banget, bahkan bisa tidak suka banget padahal kenal kita saja tidak. Kata saya, orang-orang begitu mudah memberi penilaian tanpa pertimbangan masak-masak. Apalagi untuk penilaian negatif.

Kita bisa saja dibenci karena kita suka tertawa misalnya, tidak peka, pernah dikhianati, pernah diberi harapan palsu, berpotensi lebih kece dari orang yang membenci, suka nempelin upil ke muka orang, mengidap suatu penyakit menular, dan berbagai macam alasan absurd lainnya.

Saya teringat sebuah kisah di jaman Rasulullah. Ketika seorang ahli surga datang, maka sudah biasa, para sahabat akan kepo mencari tahu amalan apa yang ia kerjakan sehingga derajatnya begitu tinggi di mata Allah. Tidak ada yang istimewa dari ibadah si calon penghuni surga tersebut. Saya membayangkan para sahabat kaget secara hiperbolik mengetahui kenyataan ini, bagaimana mungkin orang dengan ibadah yang biasa-biasa saja bisa dicap ahli surga? Ditanyalah si ahli surga apa gerangan yang spesial dari dirinya. Lalu apa jawabannya? Superb. Adalah hati yang bersih, yang tidak pernah sekalipun berburuk sangka pada orang lain, yang tidak pernah sekalipun memendam iri dan dengki, apalagi dendam. Betapa mahalnya hati yang seperti itu hingga Allah menukarnya dengan surga. Aih so swit.

Memang sangat mudah untuk berpikiran buruk, menemukan kesalahan, mengingat-ngingatnya dan membenci orang lain, padahal bisa jadi orang itu tidak penting-penting amat untuk dibenci. Kita lalai pada hak-hak fundamental saudara kita: berbaik sangka padanya dan memperlakukannya dengan baik. Jadi kenapa sih kita suka melakukan hal-hal tidak penting? Kenapa memelihara hati dari ampas-ampas perasaan susah sekali?

Karena surga memang mahal, nak.

Kalau dipikir-pikir, saya kesurupan apa ya tiba-tiba menulis seemosional ini, pake melibat-libatkan perasaan? Hiks. Ini bukan saya.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

2 Responses to Nah, ini.

  1. Great… *just it* 🙂

    btw, saya juga punya sifat yang itu : membenci tanpa sebab yang jelas anak lelaki yang menunjukkan rasa sukanya -_- .

  2. Mita Purnama says:

    kereeenn teteh tulisannya.. mesem2 diawal.. menohok diakhir, keren!!!
    inspiratif banget..

Leave a reply to ainicahayamata Cancel reply