ganymeda

Saya teringat seseorang, Meda namanya. Dia teman saya. Yah, kami memang berteman, tapi kami hidup di zaman yang berbeda *bingung kan lo?*. Meda gadis biasa,berjilbab, dengan tinggi rata-rata dan berat badan rata-rata wanita Melanesia. Meda memang gadis biasa, tapi di mata saya, dia bukan gadis biasa. Wajahnya mungkin tidak terlalu cantik untuk pantas jadi bintang sinetron, tapi lebih dari cukup untuk menggambarkan bahwa ia adalah gadis baik-baik. Sangat amat baik dan begitu tulus. Hingga ketika melihatnya, saya merasa bahwa segala kebaikan di sekeliling saya terpusat pada satu hal: wajahnya. Dari 1 menit saja bersamanya, saya memahami betapa ia teramat mudah untuk disayangi. Inilah yang terkadang membuat saya cemburu padanya.

Meda adalah gadis paling abstrak yang saya kenal. Dia aneh. Atau unik.Atau apalah. Yang jelas, ketika bersamanya saya merasa ketidaknormalan di sekeliling saya bersumber pada satu hal: otaknya. Tapi ketahuilah, ketika bersamanya juga saya merasa bahwa hal paling sederhana di dunia ini adalah kehidupan. Dia seperti punya kemampuan magis membuat saya merasa bahwa masalah apapun bisa dilewati. Tanpa mungkin disadarinya, dia membuat saya jarang mengeluh dan gampang bersyukur. Dia memandang hidup begitu sederhana, dan dia seperti tidak pernah menjadi tua.

Meda adalah gadis paling abstrak yang saya kenal. Pikiran dan imajinasinya meletup-letup. Dari 1 menit saja mendengar dia bercerita, saya tau dia tak akan pernah kehabisan cerita. Matanya yang liar memancarkan gelombang kesotoyan luar biasa, sebenarnya ini lebih karena ia tidak bisa fokus pada satu hal dalam waktu lama. Um, sedikit saya bocorkan, Meda mengidap Attention Deficit Syndrome: penyakit kejiwaan yang berhubungan dengan fokus.

Dia senang bercerita pada saya, apapun, dan saya juga amat senang mendengar Meda bercerita, apapun. Dia mungkin cuma bercerita, tapi ketika dia mulai bercerita, dia juga mulai menghadirkan sebuah dunia ke dalam otak saya. Dia membebaskan pikiran saya sebebas-bebasnya, seperti labirin, dia membuat saya susah menerka-nerka. Otaknya seperti mesin imajinasi, membuat semua yang tak mungkin menjadi mungkin, mengolah “tak ada” menjadi bentuk apa saja yang dia inginkan. Itu semua terlihat dari matanya, atau dari cara bicaranya yang cenderung tidak teratur, tidak berpola, dan meloncat-loncat. Jujur saja, saya kesulitan mengikuti caranya berpikir. Saya merasa punya kemampuan membaca pikiran orang lain, tapi tidak dengan Meda. Dia susah ditebak. Dia penuh kejutan.

Saya ingat ketika suatu saat bertemu Meda

Dia tiba-tiba bertanya, “Kamu tau kenapa apapun yang terbakar akan berwarna hitam?”

Saya : “He?Apa?”

Saya shock. Tidak lazim. Saya berekspektasi ditanyai “apa kabar?” atau “sedang apa?” atau sejenisnya ketika bertemu, bukan malah “kenapa bla3x berwarna hitam?”.

Meda: “iya.kenapa arang berwarna hitam?”

Saya: “umm, kenapa ya?tapi kalau pink aneh ga sih?”. Jawab saya. Terdengar sama sekali tidak berpendidikan.

Meda: “kamu inget? di dunia ini , semua makhluk hidup dan segala sesuatu yang berasal dari makhluk hidup tersusun dari senyawa hidrokarbon. Hydro dan karbon.Untuk membakar sesuatu,tentu saja harus ada oksigen. Dan ketika kamu membakar sesuatu berarti kamu menaikkan suhunya, kemudian hydro akan bersenyawa dengan oksigen dan menguap dalam bentuk uap air. Sehingga tersisa karbon, yang warnanya adalah hitam..

Saya :” Hoo..” (dalam hati :terserah lo deh)

Meda : “kamu tau kalau karbon itu adalah salah satu unsur paling melimpah di alam semesta?”

Saya :(dalam hati:”hm.apalagi sekarang?”) “iya, tau, kenapa emang?”

Meda: “hehe..lucu ya?”

Saya :(dalam hati:”heh?apa nya yang lucu?”)“hehe, iya lucu bgt deh..”

Meda :”Karbon punya beberapa alotrop, salah satunya grafit yang berwarna hitam…”

Saya:”iya, hitam, kaya arang, wkwk”*sok asik*”

Meda : “Tapi ada alotrop lainnya, intan. Lucu sekali bukan?”

Iya Meda sayang. .. Lucu sekali. Grafit dan intan tersusun dari unsur yang sama, karbon. Tapi mereka begitu berbeda. Grafit hitam dan kusam. Tapi lihatlah intan, dia bening menyilaukan, semakin digerus semakin indah menyilaukan. Grafit sangat lunak hingga cukup meninggalkan bekasnya di atas kertas, manakala intan adalah salah satu materi paling keras di dunia. Mereka begitu berbeda, padahal tersusun dari unsur yang sama, lucu sekali, dalam sekali, Meda… terimakasih sudah memberi pelajaran “kimia” paling mengesankan…

Di lain waktu, Meda juga pernah protes “Siapa bilang air ‘bersifat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah’? Bukan air yang bersifat begitu. Tapi gravitasi lah yang membuatnya suka rela mengalir seperti itu.” ….

Iya Meda sayang…Pertama, ada kekuatan tak terlihat yang tak mampu diganggu gugat. Kedua, kadang apa yang sesungguhnya terjadi bukanlah apa yang tampak atau apa yang kita pikirkan. Ketiga, betapa cara pandang akan membawa pengaruh sangat besar. Meda. Lagi-lagi dia memberi saya pelajaran paling mengesankan, sekarang “fisika”. Dia mampu melihat “gravitasi”, di saat orang lain –termasuk saya- menerima mentah-mentah “sifat air”:mengalir ke tempat rendah..Subhanallah, Meda..terimakasih…

Seperti itulah Meda,, dia mengajari saya banyak hal. Dia punya segalanya yang ingin saya miliki. Di mata saya, dia cuma punya satu kekurangan. Satu saja: Dia terlalu cepat pergi meninggalkan saya. Terlalu cepat. Dia telah pergi dan menitipkan cerita serta mimpi-mimpinya untuk saya. Sampai kapanpun, Dia salah satu orang yang paling ingin saya temui di dunia ini..

Meda, semoga bahagia disana…

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

5 Responses to ganymeda

  1. saya says:

    penasaran syp ‘saya’ dan ‘meda’ di situ cha.. 🙂

  2. me says:

    Ocha…dirimu bakat jd penulis dek…
    tulisan cha kak suko sadonyo, lah kyk penulis terkenal…
    apa kabarmu dek? long time no hear about you-;p

  3. epieje says:

    dyfykova…

  4. Nancy says:

    Meda…oh Meda…

  5. awan biru says:

    mantap

Leave a reply to saya Cancel reply